Cerpen. Kalian
mungkin sering mendengar kata ini kan ? Apakah kamu suka baca cerpen ? Dan
apakah kamu juga suka menulis cerpen ? Kalau suka, kamu harus tahu tips-tips
ini dalam membuat sebuah cerpen. Sedikitnya ada 4 ‘jurus’ yang dipergunakan dalam proses penulisan cerpen.
Apa saja itu ?
1. Pesan
dalam Cerpen
Ide cerita kalau
tidak berbasis karakter, akan berbasis plot. Penulis termotivasi menulis cerpen
karena menemukan sosok karakter yang menarik untuk diceritakan, lalu merangkai
sebuah plot bagi karakter tersebut.Atau sebuah alur cerita tiba-tiba muncul
dalam kepala, kemudian penulis menciptakan sederet karakter untuk memerankan
jalannya cerita. Pembaca tidak bisa menebak, lagipula tidak penting bagi
mereka, darimana penulis memulai menyusun sebuah cerita.
Lalu apa yang
menyebabkan karya-karya cerpenis legendaris diatas tetap populer hingga kini ? Jawabnya
adalah cerpen mereka mampu menyampaikan pesan yang kuat kepada pembaca.
Saya curiga, penulis
kawakan selalu memulai menulis cerita dengan pertanyaan pesan apa yang hendak
saya sampaikan melalui cerpen ini ?
- Cat In The Rain berisi pesan tentang
cinta setelah perkawinan hanya bisa diwujudkan melalui tindakan.
The Necklace memberi pesan gengsi
ternyata jauh lebih mahal ketimbang perhiasan
- Just Lather, That’s All menitip pesan
bahwa integritas setiap manusia hanya bisa dinilai atas komitmennya menjalankan
tugas dan profesi masing-masing.
Hanya saja,
memasukkan pesan kedalam cerita adalah hal lain. Butuh keterampilan untuk itu. Contoh
buruk penyampaian moral cerita bisa anda lihat pada tayangan sinetron religi.
Karakter bersorban, bergamis, tiba-tiba muncul menyitir isi kitab suci
dihadapan karakter antagonis yang lansung bertobat setelah mendengar nasehat
itu. Moral cerita bukan dialog (ucapan karakter) yang berisi ayat-ayat suci,
nasehat-nasehat kebajikan (hindari kejaharan dan perbanyak kebaikan). Pesan
cerita tidak harfiah, atau muncul tersurat berbentuk teks dalam cerita. Moral
cerita adalah kesimpulan yang ditarik dalam persepsi pembaca begitu selesai
membaca. Moral cerita adalah ruh, spirit, sosok imajiner yang tersebar secara
merata, utuh, pada semua elemen cerita; Karakter, setting, konflik &
resolusi. Bahasa adalah sosok fisik cerita, moral/pesan adalah sosok psikisnya.
Moral ada tapi tidak teraba.
2. Cerpen itu Terus Terang
Cerpen dikategorikan
sebagai prosa. Tepatnya prosa naratif fiktif. Prosa berasal dari bahasa latin
‘prosa’ yang artinya ‘terus terang’, dimana bahasa yang dipakai lebih sesuai
dengan arti leksikalnya. Cat In The Rain karya Heminway contohnya, Mustahil
menemukan kalimat puitis atau multitafsir didalamnya. Kalimatnya mengalir
lugas, sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan makna lain diluar arti
leksikalnya.Sebagai pembaca, kita ingin membaca cerita, yang meski fiktif,
tidak beda jauh dengan kenyataan yang kita temui. Pembaca ingin fokus pada alur
cerita, tidak mau direpotkan lagi dengan keharusan menafsirkan makna
tersembunyi dibalik teks.
Penyair yang beralih
menjadi cerpenis, sering didapati melakukan ‘manipulasi’ semacam ini. Jadi,
pakailah bahasa terus terang yang umum dipahami khalayak.
3. Dialog lebih banyak
Porsi dialog
berbanding narasi dalam cerpen-cerpen rujukan diatas berkisar 80 % : 20 %. Pembaca
menyukai karakter berdialog dengan sesamanya. Pembaca merasa dilibatkan dalam
cerita. Cerita lebih hidup dengan dialog, hingga membaca menjadi pengalaman
yang mirip dengan menonton drama atau sinema.
Narasi umumnya
diselipkan sekedar pengantar transisi antar adegan. Pembaca bisa menjadi pasif
oleh sebab kebanyakan narasi, dimana kisah melulu diceritakan oleh narator
(penulis). Penulis yang baik ibarat sutradara dibelakang layar, tidak boleh
berjejak didalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat
dialog-dialognya.
4. Twist
Ending
Ini resep menulis
yang tak pernah basi. Sebuah kejutan, akhir yang tak terduga. Coba anda
ingat-ingat kembali cerpen yang pernah dibaca. Dua cerpen teratas yang
terbersit hampir pasti diakhiri kejutan. The Necklace karya Guy de Maupasant,
contoh yang bagus bagaimana kejutan yang sempurna mengakhiri sebuah cerpen. Sempurna
karena pembaca tidak bisa menduga namun menerima kejutan itu masuk diakal,
tidak klise, apalagi diada-adakan.
Tanpa kejutan
diakhir cerita, ibarat sayur tak bergaram. Hindari akhir yang datar, apalagi
mengambang. Pembaca menyukai kejutan; ‘ oh, ternyata..‘
Selanjutnya..
Cerpen yang baik
tentu bisa membuat pembacanya ikut berimajinasi dan masuk kealur cerita. Untuk
menghasilkan cerpen yang baik seperti itu, dibutuhkan tatabahasa dan cara
penulisan yang baik pula. Alur ceritanya pun harus dibuat semenarik mungkin.
Lalu, bagaimana ya
caranya membuat cerpen yang seperti itu, ya ? Nah, untuk kita yang hobi membaca
cerita dan menulis cerpen, ikuti tips berikut ini, yuk !
-
Sebelum mulai menulis cerpen, carilah
tema dan ide cerita yang menarik. Tema dan ide cerita bisa didapatkan dari
imajinasi atau khayalan kita sendiri ataupun pengalaman yang pernah dialami
oleh kita atau orang terdekat. Jika kesulitan mencari tema dan ide, kita bisa
mencarinya dengan sengaja mengamati peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Banyak membaca buku juga bisa menambah kreativitas kita untuk mencari ide, lho.
-
Buatlah judul cerpen yang menarik. Judul
yang baik adalah judul dengan kalimat yang singkat, mewakili isi cerita dan
membuat penasaran orang lain untuk mengetahui isi cerita lebih lanjut.
- Saat menulis isi cerpen, hindarilah
menulis kalimat panjang-panjang tanpa jeda titik dan koma. Sebaliknya, usahakan
cerita ditulis dengan kalimat yang pendek-pendek, sehingga enak dibaca. Namun
kalau semuanya menggunakna kalimat pendek tentu cerpen itu tidak bagus. Buatlah
variasi panjang dan pendeknya kalimat.
-
Jika kita suka menulis puisi, tidak ada
salahnya menulis isi cerita dengan kalimat-kalimat puitis dan berima, seperti
halnya puisi.
-
Usahakan dalam menulis sebuah cerpen,
ditulis dalam bentuk narasi dan juga percakapan langsung. Porsi antara narasi
dan percakapan pun dibuat seimbang. Sebab, jika terlalu banyak cerita narasi
tanpa diselingi dengan percakapan yang seimbang, cerita akan menjadi mudah
membosankan pembaca. Demikian pula sebaliknya.
-
Cerpen sebaiknya tidak ditulis terlalu
panjang. Batas penulisan cerpen biasanya sekitar 4 hingga 8 halaman HVS kwarto
diketik dengan ukuran font 12. Atau, sekitar 5200 – 10.000 karakter.
-
Untuk memperkaya tata bahasa atau ide
dalam menulis cerpen, sering-seringlah membaca cerpen atau novel. Sebab, dengan
membaca cerpen atau novel, kita akan banyak belajar rmenulis cerpen, termasuk
menemukan kosakata atau merangkai kalimat dengan indah. Namun ingat, jangan
meniru cerita dari cerpen atau novel yang dibaca. Sebab, dengan begitu, kita
melakukan tindak plagiat atau meniru karya orang lain.
-
Dalam menulis alur cerita, sebaiknya
mengandung 5 hal, yaitu pengenalan cerita (seperti mengenalkan tokoh utama,
latar tempat dan waktu, hubungan antar tokoh), awal konflik (mulai memunculkan
masalah-masalah yang dihadapai), menuju konflik (masalah yang dihadapi semakin
meningkat), puncak konflik atau klimaks cerita (puncak masalah yang dihadapi),
dan penyelesaian atau ending (akhir cerita).
-
Ending dalam sebuah cerita sepenuhnya
merupakan keputusan kita. Kita boleh membuat ending cerita bahagia, sedih atau
bahkan menggantung. Namun, penting kita ketahui, ending cerita yang bagus
adalah yang tidak tertebak sebelumnya, sehingga akan mengejutkan pembaca. Kita
boleh minta bantuan orang terdekat membaca cerpen kita, untuk mengetahui apakah
ending cerita yang kita buat mudah ditebak atau tidak.
-
Yang terakhir,setelah selesai menulis
cerpen, bacalah kembali dari awal hingga akhir. Tujuannya, untuk memeriksa jika
ada kesalahan tulisan, hubungan antar kalimat dan penggunaan tanda baca
tulisan. Nah. biasanya ketika kita membaca ulang beberapa kali, kita akan
menemukan kesalahan yang tidak kita temukan saat membacanya pertama kali.
Ini videonya, disimak ya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar