Kota Malang adalah
sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota yang
berpenduduk 857.891 jiwa ini (2014) berada di dataran tinggi yang cukup sejuk,
terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh
Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 110,06 km2. Malang merupakan
kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Bersama dengan Kabupaten
Malang dan Kota Batu, Kota Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang
dikenal dengan Malang Raya.
Wilayah cekungan
Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya
sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan
pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman
prasejarah. Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan
percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran
drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan
Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.
Nama
"Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli
sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh
jawaban yang tepat atas asal usul nama "Malang". Sampai saat ini
telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara
(baca: Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah
satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu
sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni
prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat
antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci
Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu
pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu
pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah
satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini
masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga
terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain
menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah
Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah
tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian
ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik.
Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang
berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang
keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa
tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang
terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci
Malangkuçeçwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua
gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang
ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya
Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning
sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I
………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur
tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa
yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di
sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari
prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling
tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara
terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan
kebatilan; angkuça (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau
membinasakan; dan Içwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan".
Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan
kebatilan".
Hipotesa-hipotesa
terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama
Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa
Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke
Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu
melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap
bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud
Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan
Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal
pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang,
telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan
Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di
daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya
serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan
Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang.
Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya
diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di
kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang
kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa
Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah
mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya
kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh
dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas
umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda.
Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen
Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh
keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi
harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang
memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali
dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di
sana.
Pada masa penjajahan
kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente"
(Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ;
“Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”.
Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April
1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”.
Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena
kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal usul kota Malang yang pada
masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di
sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkuçeçwara.
Kota Malang mulai
tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama
ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai
kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan
berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang
terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami
perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan
industri.
Kota Malang yang
terletak pada ketinggian antara 440 - 667 meter diatas permukaan air laut,
merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan
iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten
Malang secara astronomis terletak 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° -
8,02° Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :
Kecamatan Singosari dan Kec. Karangploso Kabupaten Malang
Sebelah Timur :
Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
Sebelah
Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang
Sebelah Barat :
Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Kondisi iklim Kota
Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara
22,2 °C - 24,5 °C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 °C dan
suhu minimum 17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan
kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain
di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan
musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah
hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April,
dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan November curah hujan
relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan
Juli.
Kota Malang terdiri atas 5 kecamatan, yaitu:
- Kedungkandang
- Sukun
- Klojen
- Blimbing
- Lowokwaru
Jumlah
penduduk Kota Malang 857.891 jiwa (2014), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per
tahun. Dengan luas Kota Malang yang mencapai 110,06 km2, kepadatan
penduduk Kota Malang mencapai 7800 jiwa/km2.
Sebagian besar
penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa. Namun, suku Jawa di Malang dibanding dengan
masyarakat Jawa pada umumnya memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter.
Salah satu penyebabnya adalah jauhnya Surabaya dari "kraton" yang
dipandang sebagai pusat budaya Jawa. Terdapat pula sejumlah suku-suku
minoritas seperti Madura, Arab, Tionghoa, dan lain-lain. Sebagai kota pendidikan,
Malang juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh
Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri.
Agama mayoritas
adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kong Hu Cu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman
kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja Hati Kudus Yesus,
Gereja Kathedral Ijen (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel), Klenteng di
Kota Lama serta Candi Badut di Kecamatan Sukun dan Pura di puncak Buring.
Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren, yang
terkenal ialah Pondok Pesantren Al Hikam pimpinan KH. Hasyim Muzadi, dan juga
adanya pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah terkenal di
seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia Tenggara.
Bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi nasional di Kota Malang. Namun, Bahasa Jawa dengan
dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan
minoritas Suku Madura menuturkan Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek
khas yang disebut Boso Walikan (Osob Kiwalan), yaitu cara pengucapan kata
secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab burung
menjadi ngurub, dan contoh lain seperti saya bangga arema menang menjadi ayas
bangga arema nganem .
Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan
blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak
mengenal basa-basi.
Pariwisata
Taman Kota &
Ruang Terbuka Hijau
Tarekot (Taman
Rekreasi Kota), terletak di belakang kantor Walikota/ Balai kota
Alun-Alun Kota (depan
Masjid Jami' Kota Malang & Gedung Pemkab Malang)
Alun-Alun Tugu
(depan Balai Kota Malang)
Hutan Kota Malabar
Merbabu Family Park
Taman Bentoel
Trunojoyo, terletak di Jalan Trunojoyo di depan Stasiun Kota Baru, Malang.
Taman Singha
Merjosari
Museum & Perpustakaan
Museum Brawijaya
Malang
Museum Bentoel
Museum Mpu Purwa
Museum Zoologi
Frater Vianney
Museum Malang Tempo
Doeloe
Perpustakaan Kota
Malang (Jalan Ijen)
Sebagai kota besar
Kota Malang terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia.
Untuk menandai peristiwa tersebut dibuat berbagai monumen dan tugu peringatan.
Monumen Tugu Malang.
Lokasi Jalan Tugu
Monumen Adipura.
Lokasi Jalan Semeru
Monumen TGP (Tentara
Genie Pelajar). Lokasi Jalan Semeru.
Monumen Pesawat
MIG-17 Fresco yang berperan dalam Operasi Trikora. Lokasi Jalan Soekarno-Hatta.
Monumen Pahlawan
TRIP. Lokasi Jalan Pahalwan TRIP.
Monumen Juang.
Lokasi Jalan Kertanegara.
Monumen Hamid Rusdi.
Lokasi Jalan Simpang Balapan
Monumen Panglima
Sudirman. Lokasi Jalan Panglima Sudirman
Monumen Singo Edan.
Lokasi Taman Bentoel Trunojoyo
Monumen Arema.
Lokasi Jalan Lembang
Monumen KNIP Malang.
Lokasi utara Alun-Alun Kota (Mall Sarinah)
Monumen Melati
(Monumen Kadet Suropati). Lokasi Jalan Ijen
Monumen Chairil
Anwar. Lokasi Jalan Basuki Rahmat (Kayutangan)
Monumen Patung Ken
Dedes. Lokasi gerbang masuk Kota Malang di utara
Taman Rekreasi &
Pasar Wisata
Taman Rekreasi
Senaputra
Taman Wisata
Tlogomas
Pasar Minggu Semeru
(Jalan Semeru)
Pasar Minggu
Vellodrome (lingkar luar arena Velodrome Sawojajar)
Wisata Kuliner
Pulosari
Taman Kridha Budaya
Jawa Timur
Taman Rekreasi
Lembah Dieng
Playground
Malang Tempoe Doeloe
1 tahun sekali dan di adakan saat pertengahan tahun.
Taman Wisata Wendit
Malang juga dikenal
sebagai Kota Pendidikan, karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ternama,
Sebagai kota pendidikan, banyak mahasiswa berasal dari luar Malang yang
kemudian menetap di Malang, terutama dari wilayah Indonesia Timur seperti Bali,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua, bahkan dari luar negeri
sekalipun.
Selain perguruan
tinggi, ada beberapa sekolah menengah atas yang namanya sudah terkenal hingga
tingkat nasional bahkan internasional. Beberapa di antaranya bahkan telah
ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dipelopori oleh SMA
Negeri 3 Malang, selanjutnya diikuti oleh SMA Negeri 1, 4, 5, 8, 10 Malang dan
SMA Katolik St. Albertus Malang (SMA Dempo). Sedangkan SMA Swasta lainnya yang
cukup bergengsi di Kota Malang antara lain SMA Katolik Kolese Santo Yusup (Hua
Ind), SMAK Santa Maria (SMA Langsep), SMAK Cor Jesu, Charis National Academy
dan sebagainya.
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)
Selain itu ada SMK
yang menjadi andalan kota Malang yaitu SMK Negeri 4 Malang. Sekolah ini sudah
terkenal di dunia Internasional dan Nasional karena prestasi dan Kualitasnya
yang sangat baik. Selain itu ada SMK Negeri 8 Malang SMK Negeri 5 Malang, SMK
Cor Jesu. yang berstatus SMK Bertaraf Internasional. Adapun sekolah swasta yang
menjadi pesaing adalah SMK Telkom Sandhy Putra Malang dan SMK PGRI 3 Malang.
Madrasah Aliyah (MA)
Selain sekolah
menengah umum. Di Kota Malang juga terdapat Madrasah Aliyah (MA) Negeri dan
Swasta. Berbeda dengan SMA dan SMK yang berada di bawah naungan Dinas
Pendidikan, Madrasah Aliyah berada di bawah naungan Kementerian Agama. Madrasah
Aliyah Negeri ada tiga, yakni MAN 1 Malang, MAN 2 Malang, dan MAN 3 Malang (MAN
3 Malang lebih dikenal dengan Madrasah Terpadu karena berada dalam satu
kompleks bersama MIN 1 Malang dan MTsN 1 Malang). Sebagai sekolah yang berbasis
Pendidikan Agama Islam, Madrasah Aliyah di Kota Malang ini juga mampu bersaing
dengan sekolah umum lainnya, bahkan mampu meraih prestasi nasional. Madrasah
Aliyah Swasta lebih banyak didirikan dan dikembangkan oleh yayasan dan
organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Kekayaan etnis dan
budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang
ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang),
namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah
wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut
terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa
Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung
Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung
Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja
keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta
menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada Malang.
Di kota Malang juga
terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman
Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya khas
Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Reog, Kuda
Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang
pesat di kota Malang yaitu kesenian "Bantengan" kesenian ini
merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli Malang, sejak dahulu sebenarnya
kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat Malang namun baru sekaranglah
"Bantengan" lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat
lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering
diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan
maupun peringatan hari kemerdekaan.
Festival tahunan
yang menjadi event ikon kota juga sering diadakan setiap tahunnya. Beberapa
festival kota tahunan diantaranya adalah:
Festival Malang
Kembali: Diadakan untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada
tanggal 21 Mei. Festival ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah
jalan-jalan protokol kota menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu
festival ini diadakan.
Karnaval Bunga
Karnaval Lampion:
Biasa diadakan untuk merayakan hari raya imlek.
Kota Malang dilalui
jalur kereta api jurusan Malang-Jakarta oleh kereta api Gajayana (eksekutif),
kereta api Majapahit (Ekonomi AC non-PSO), dan Matarmaja (Ekonomi AC PSO).
Jurusan Malang-Bandung kereta api Malabar (eksekutif-bisnis-ekonomi). Jurusan
Malang-Yogyakarta kereta api Malioboro Ekspres (eksekutif). Malang-Banyuwangi
kereta api Tawang Alun (ekonomi). Untuk jalur kereta api yang melalui
Surabaya-Malang-Blitar-Kediri-Kertosono adalah Kereta api harian kelas ekonomi
(Penataran) melayani jalur Surabaya-Malang via Bangil. Serta Kereta api Tumapel
(ekonomi) jurusan Malang-Surabaya. Stasiun utama adalah Stasiun Malang
(Kotabaru) (+444 M). 2 Stasiun lainnya adalah Stasiun Malang Kotalama (+429 M)
dan Stasiun Blimbing (+460 M).
Untuk jalur bus,
Terminal Arjosari yang merupakan terminal terbesar di Malang melayani rute ke
seluruh jurusan kota-kota utama di pulau Jawa, Bali, NTB dan Sumatera baik
kelas ekonomi, Bisnis maupun eksekutif. Untuk pemberangkatan tujuan luar kota
Malang terminal Arjosari tidak siaga 24 jam. Pemberangkatan bus terakhir ke
Surabaya habis pukul 22.30 WIB dan Baru ada pagi hari pukul 03.00 WIB.
Sedangkan untuk kedatangan bus dari luar kota ke Arjosari siaga 24 jam.
Terminal Arjosari relatif aman dari calo yang sering memaksa penumpang. Saat
ini biaya peron/jasa ruang tunggu Terminal Arjosari telah dihapuskan
(gratis).Terminal Gadang melayani rute Malang-Lumajang,
Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek. Namun, saat ini keberadaan Terminal
Gadang telah digantikan oleh Terminal Hamid Rusdi yang terletak kurang lebih 2
KM di sebelah timur Terminal Gadang. Sedangkan Terminal Landungsari melayani
rute Malang-Kediri, Malang-Jombang dan Malang-Tuban.
Adapun 2 sub
terminal lainnya adalah Sub-Terminal Madyopuro di bagian timur Kota Malang,
tepatnya di daerah Madyopuro (dekat Sawojajar) dan Sub-Terminal Mulyorejo yang
terlatak di sebelah barat daya Kota Malang, tepatnya di daerah Mulyorejo
Kecamatan Sukun. Terminal tersebut hanya disinggahi oleh angkutan kota.
Angkutan Kota
Kelima terminal yang
ada di Kota Malang terhubung dengan berbagai angkutan kota (biasa disebut
angkota atau mikrolet). Angkota atau mikrolet ini ada 2 macam, yakni mikrolet
untuk jalur dalam kota dan mikrolet untuk jalur luar kota. Mikrolet jalur dalam
kota berwarna biru tua dengan kode garis warna yang beragam untuk membedakan
jalurnya, contoh: Arjosari-Gadang (AG) dengan garis warna oranye (saat ini
huruf G diganti dengan huruf H untuk Hamid Rusdi), Landungsari-Dinoyo-Hamid
Rusdi (LDG, sebelumnya LDH)dengan garis warna putih, Arjosari-Landungsari
(AL)dengan garis putih-merah, dan lain sebagainya. Termasuk juga dengan angkot
yang menuju sub-terminal. Sedangkan mikrolet untuk jalur luar kota (dari Kota
Malang ke Kabupaten Malang atau Kota Batu) berwarna selain biru tua, contoh: LA
(Lawang-Arjosari) berwarna hijau, TA (Tumpang-Arjosari) berwarna putih atau
putih-hijau, BL (Batu-Landungsari) berwarna ungu muda, dan lain sebagainya.
Julukan :
1. Paris van East Java, karena kondisi
alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih, bagaikan kota
"Paris"-nya Jawa Timur.
2. Kota Wisata, kondisi alam yang elok dan
menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata yang memadai merupakan
ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur.
3. Kota Pendidikan, situasi kota yang
tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas
pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan.
Sedikitnya ada lima universitas negeri yang berdiri di Malang: Universitas
Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang,
Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang dan puluhan atau
mungkin ratusan PTS.
4. Kota Militer, terpilih sebagai Kota
Kesatrian. Di kota Malang ini didirikan tempat pelatihan militer, asrama dan
mess perwira di sekitar lapangan Rampal, dan pada zaman Jepang dibangun
lapangan terbang "Sundeng" di kawasan Perumnas sekarang, selain itu
juga ada pabrik amunisi, senjata & kendaraan tempur, Pindad, di Turen,
Kabupaten Malang .
5. Kota Sejarah, sebagai kota yang menyimpan
misteri embrio tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Tumapel, Kanjuruhan,
Singosari, Kediri (Dhoho), Mojopahit, Demak dan Mataram. Di kota Malang juga
terukir awal kemerdekaan Republik bahkan kota Malang tercatat masuk nominasi
akan dijadikan Ibukota Negara Republik Indonesia.
6. Kota Bunga, cita-cita yang merebak di
hati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut kota dan tiap jengkal
tanah warga dengan warna-warni bunga.
7. Kota Olahraga, Banyak lahir bibit-bibit
olahragawan yang berasal dari Malang, yang paling terkenal dengan olah raga
sepak bolanya terbukti dengan berdirinya 2 team sepak bola seperti Persema dan
Arema yang mempunyai prestasi cukup baik di tingkat regional dan nasional,di
tambah lagi supporter yang sangat fanatik dan atraktif Ngalamania serta
Aremania.
8. Kota Apel, mempunyai produksi apel yang
melimpah berpusat di wilayah Kota Batu dan Poncokusumo sehingga banyak di
ekspor ke dalam dan luar negeri. Disana apel diolah menjadi bermacam-macam
makanan maupun minuman, contohnya Sari apel, Keripik Apel, Manisan dll.
9. Kota Susu, mempunyai produksi susu skala
nasional dan internasional yang produksinya terletak di wilayah Pujon,
Kabupaten Malang. Susu yang didapatkan berasal dari sapi luar negeri sehingga
susu yang diperoleh mempunyai kualitas bagus.
10. Kota Dingin, karena memiliki letak
geografis yang dikelilingi pegunungan, a.l. Gunung Arjuno Welirang, Gunung
Kawi-Panderman, Gunung Bromo-Semeru.
11. Kota Pelajar, karena Malang memiliki
banyak universitas negeri ataupun swasta yang cukup terkenal sehingga banyak
orang dari luar pulau yang pindah ke Malang untuk mencari pendidikan yang lebih
baik dari kota lain.
12. Kota Kuliner, Di Malang banyak sekali
jenis makanan khas yang menggugah selera banyak wisatawan.
Artikelnya sangat bagus dan menarik. Informasi yang inovatif dan sangat bermanfaat. Salam kenal dari Rental Mobil Malang Telkomsel 0821 41555 123
BalasHapus